Sejarah Kerajinan Kain Tenun
Desa Tanjung Pinang, Kab Ogan Ilir
Desa Tanjung Pinang, Kab Ogan Ilir
Tanjung Pinang merupakan salah satu kawasan kerajinan songket tertua yang terletak di Sumatera Selatan. Kain songket tradisional desa Tanjung Pinang provinsi Ogun Ilir merupakan salah satu jenis kain yang dikenakan sebagai simbol kehormatan masyarakat desa Tanjung Pinang. Kain ini digunakan pada saat kegiatan adat tertentu seperti: Pakaian adat Sumatera Selatan, perkawinan, marhaba (pemberian nama dan pencukuran atau ucapan anak). Kain songket tradisional desa Tanjung Pinang provinsi Ogun Ilir merupakan salah satu warisan budaya masyarakat, sebagai wujud identitas sosial.
1. Kain Tenun Songket
Tanjung Pinang merupakan salah satu kawasan kerajinan songket tertua yang terletak di Sumatera Selatan. Kain songket tradisional desa Tanjung Pinang provinsi Ogun Ilir merupakan salah satu jenis kain yang dikenakan sebagai simbol kehormatan masyarakat desa Tanjung Pinang. Kain ini digunakan pada saat kegiatan adat tertentu seperti: Pakaian adat Sumatera Selatan, perkawinan, marhaba (pemberian nama dan pencukuran atau ucapan anak). Kain songket tradisional desa Tanjung Pinang provinsi Ogun Ilir merupakan salah satu warisan budaya masyarakat, sebagai wujud identitas sosial.
2. Kain Tenun Gebeng
Kain gebeng merupakan salah satu kain sarung yang masih mempunyai banyak penggemar. Bahkan dengan tindakan keras terhadap produk kain salon oleh merek-merek ternama, kain Gibben tetap populer di kalangan konsumen. Sebelum merek ternama masuk ke pasaran, Kain gebeng sempat menjadi primadona masyarakat, khususnya masyarakat Melayu dan Sumatera Selatan. Di Ogan Ilir, salah satu sentra kerajinan tekstil Gebeng terletak di Desa Limbang Jaya, Kecamatan Tanjung Batu.
Tenaga kerja dalam industri tenun kain songket dan gebeng di Tanjung Pinang, Ogan Ilir, sebagian besar terdiri dari para pengrajin lokal yang memiliki keterampilan turun-temurun. Pengrajin ini biasanya berasal dari kalangan keluarga yang sudah lama terlibat dalam produksi kain tradisional, dengan pengetahuan tentang teknik menenun yang diwariskan dari generasi ke generasi. Meskipun demikian, sektor ini juga mulai menarik minat para pekerja muda yang tertarik mempelajari seni menenun songket dan gebeng. Kendala yang dihadapi dalam penyediaan tenaga kerja di daerah ini adalah minimnya regenerasi, di mana generasi muda lebih banyak memilih bekerja di sektor lain. Hal ini dapat mengancam keberlangsungan tradisi tenun di masa depan jika tidak diatasi dengan upaya pengembangan dan pelatihan tenaga kerja baru. Distribusi kain tenun songket dan gebeng dari Tanjung Pinang dilakukan baik melalui pasar lokal maupun melalui pemasaran yang lebih luas, termasuk penjualan online dan di luar daerah. Pasar lokal seperti pasar tradisional di Ogan Ilir menjadi tempat utama bagi para pengrajin untuk menjual hasil tenunan mereka, meski sebagian besar distribusi kini mulai merambah ke platform digital. Tantangan distribusi meliputi biaya pengiriman yang tinggi dan kurangnya infrastruktur yang mendukung akses pasar yang lebih luas. Namun, dengan semakin tingginya minat terhadap kain tradisional, upaya kolaborasi dengan pemerintah dan sektor swasta sedang diupayakan untuk memperbaiki rantai distribusi, agar produk tenun Tanjung Pinang lebih dikenal di tingkat nasional maupun internasional.