Sejarah Kerajinan Pandai Besi
Desa Tanjung Pinang, Kab Ogan Ilir
Desa Tanjung Pinang, Kab Ogan Ilir
Menurut hasil penelitian yang diperoleh dari masyarakat tentang sejarah karajinan Pandai Besi di desa Tanjung Pinang, kerajinan Pandai Besi berasal dari kebudayaan Jawa yang di bawah oleh orang-orang Jawa yang merantau atau melakukan transmigrasi ke Sumatera. Orang-orang Jawa yang di yakini membawah pengaruh dalam kebudayaan Pandai Besi di desa Tanjung Pinang diyakini oleh masyarakat setempat berasal dari Jawa Timur. Hingga saat ini masyarakat desa Tanjung Pinang diyakini oleh masyarakat desa Tanjung Pinang tetap melestarikan kebudayaan lokal yang menjadi salah satu pendapat perekonomian masyarakat setempat.
1. Parang
Parang salah satu hasil kerajinan pandai besi. Bahan yang digunakan dalam pembuatan parang ialah besi per dan menggunakan arang khusus. Dan alat yang digunakan ialah palu (besar dan kecil), landasan, pedapuran, baji (pembelahan bahan) dan gerindo (menghaluskan). Adapun proses pembuatan parang ialah besi dipotong dengan pemaju (baji) sesuai dengan ukuran yang akan dibuat.
2. Pisau
Pisau ialah alat yang digunakan untuk memotong sebuah benda. Pegangan pisau umumnya berbentuk memanjang agar dapat digenggam dengan tangan. Bentuk umum pisau mirip dengan pedang., bedanya adalah bahwa bilah pedang lebih panjang dari pada bilah pisau. Bahanbahan yang digunakan dalam pembuatan pisau ialah besi, kayu untuk tangkal, kadang-kadang juga untuk wrangka. Pisau bentuknya sederhana sebelah sisinya tajam dan ujungnya runcing. Sedangkan ukurannya kira-kira lebarnya 7 cm dan panjangnya 20 cm.
3. Dodos
Dodos adalah sebutan untuk alat panen sawit yang dirancang khusus untuk mempermudah proses pemetikan tandan buah segar (TBS) dari pohon kelapa sawit. Alat ini biasanya berbentuk seperti tongkat panjang dengan mata pemotong di ujungnya, memungkinkan petani untuk mencapai tandan buah yang tinggi tanpa harus memanjat pohon.
4. Egrek
Egrek adalah alat panen sawit yang memanfaatkan mekanisme pemotongan yang canggih untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi. Biasanya berbentuk seperti bilah dengan pegangan ergonomis, egrek dirancang untuk memudahkan petani dalam memotong tandan buah sawit dari pohon. Alat ini sering digunakan dalam kombinasi dengan tangga atau perancah, memungkinkan akses ke tandan buah yang lebih tinggi dengan lebih aman dan nyaman.
Pengrajin pandai besi umumnya tidak ada yang mempergunakan tenaga kerja luar, artinya pekerjaan pandai besi banyak diselesaikan secara keluarga tanpa tenaga kerja luar dan pandai besi juga merupakan warisan turun-temurun dari nenek moyang sehingga mereka dalam pembuatan kerajianan pandai besi sudah mahir dan terlatih. Kadang-kadang memperkerjakan saudara sendiri sebagai anak buah (tukang), karena pengrajin pandai besi banyak dilakukan dibelakang rumah sendiri tanpa membayar atau mengambil lahan orang lain. Pengerajin pandai besi mereka tidak melakukan jual beli keluar atau menjual sendiri alat yang telah dihasilkan dari kerajianan pandai besi. Tetapi apabila alat kerajinan pandai besi itu telah jadi yang menerima hasil tersebut ialah orrang yang menampung (bos) pandai besi tersebut dan orang tersebutlah yang menjual pandai besi keluar dari desa Tanjung Pinang seperti Palembang, Indralaya, OKI dan dearah tingkat II lainnya di Sumsel. Seorang pengerajin pandai besi menerima gaji dari orang yang menampung (bos) pandai besi tersebut satu hari sebesar Rp. 100.000 - Rp. 200.000